Disebutkan dalam riwayat, bahwa Syaikh Taqiyuddin, setiap kali menemui kesulitan dalam memahami suatu masalah, beliau pergi ke masjid-masjid yang sepi dan terbengkalai. Karena masjid itu tetap termasuk rumah Allah, walaupun terbengkalai. Di sana tidak ada siapa-siapa, sehingga bisa lebih dekat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Seseorang akan selalu lebih dekat kepada Allah apabila ia jauh dari pandangan manusia. Karena itu, ibadah yang paling terasa nikmat bagi seseorang adalah ibadah-ibadah tersembunyi, seperti Shalat Malam, zakat yang dikeluarkan secara sembunyi-sembunyi, dan menundukkan pandangan dari hal yang diharamkan. Semua ini disebutkan dalam hadis bahwa ia dapat mendatangkan kenikmatan ibadah.
Maka Syaikh Taqiyuddin pun biasa datang ke masjid-masjid yang terbengkalai itu. Lalu beliau memperbanyak sujud dan berdoa penuh ketundukan: “Ya Allah, wahai Zat yang mengajarkan Adam, ajarilah aku. Wahai Zat yang memberi pemahaman kepada Sulaiman, pahamkanlah aku.”
Syaikh Taqiyuddin juga mengatakan dalam salah satu kitabnya, yaitu dalam sebuah risalahnya yang membahas tafsir ayat-ayat tentang riba. Beliau berkata, “Perkataan yang aku tulis ini kutulis setelah doa yang panjang penuh harap kepada Allah ‘Azza wa Jalla setelah doa yang panjang kepada-Nya agar Allah memberiku petunjuk.”
====
جَاءَ أَنَّ الشَّيْخَ تَقِيَّ الدِّينِ كَانَتْ إِذَا أَشْكَلَتْ عَلَيْهِ الْمَسْأَلَةُ ذَهَبَ إِلَى الْمَسَاجِدِ الْمَهْجُورَةِ لِأَنَّهَا بَيْتٌ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ وَمَهْجُورَةٌ لَيْسَ فِيهَا أَحَدٌ فَيَكُونُ الْمَرْءُ أَقْرَبَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
دَائِمًا الْوَاحِدُ يَكُونُ أَقْرَبَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا كَانَ بَعِيدًا عَنِ الْأَعْيُنِ وَلِذَلِكَ دَائِمًا الْعِبَادَاتُ الَّتِي يَجِدُ فِيهَا الْمَرْءُ لَذَّةً مَا كَانَتْ مِنْ عِبَادَاتِ السِّرّ قِيَامِ اللَّيْلِ الزَّكَاةِ الَّتِي يُنْفِقُهَا الْمَرْءُ فِي سِرِّهِ النَّظَرِ غَضِّ الْبَصَرِ فِي النَّظَرِ كُلُّهَا جَاءَتْ فِي الأَحَادِيْثِ بِأَنَّ فِيهَا كَسْبًا لِلَذَّةِ الْعِبَادَةِ
فَكَانَ يَأْتِي هَذِهِ الْمَسَاجِدَ الْمَهْجُورَةَ وَيُكْثِرُ مِنَ السُّجُودِ وَالتَّضَرُّعِ وَيَقُولُ اللَّهُمَّ يَا مُعَلِّمَ آدَمَ عَلِّمْنِي وَيَا مُفَهِّمَ سُلَيْمَانَ فَهِّمْنِي
وَيَقُولُ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ أَيْضًا فِي كِتَابِهِ لَهُ رِسَالَةٌ فِي فِي تَفْسِيرِ آيَاتِ الرِّبَا قَالَ وَهَذَا الْكَلَامُ الَّذِي كَتَبْتُهُ كَتَبْتُهُ بَعْدَ طُولِ تَضَرُّعٍ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ طُولِ تَضَرُّعٍ لَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَنْ يَهْدِيَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ